1. Konseling Psikodinamika
Barton
dan Suss (dalam Palmer.2011:423) menyatakan bahwa konseling psikodinamika
terkait dengan bagaimana kita mengelabui diri kita sendiri dalam hal tujuan,
hasrat dan keyakinan kita dan bagaimana pengelabuan itu menciptakan konflik
antara tujuan yang kita nyatakan dan tindakan kita. Prinsip psikodinamika
didasarkan oleh gagasan aliran psikoanalisis Sigmund Freud, seorang dokter,
neurology, dan psikoanalisis. Salah satu prinsip psikodinamika adalah kita
tidak menyadari motif kita, dan bahwa jika motif itu diketahui kita bisa
membuat pilihan-pilihan baik dan tidak begitu bertentangan. Namun kita sering
kali menolak atau defensif untuk mengakui motif yang tersembunyi tersebut, atau
diitilahkan “bawah sadar” oleh para teoritikus psikodinamika, sehingga kita tak
mampu berubah—kita tampaknya punya kecenderungan untuk mengulang perilaku masa
lalu. Pengulangan muncul karena pengalaman masa kecil, yang pada saaat itu perilaku
tersebut memugkinkan kita mengatasi problem dengan mengabaikan atau menindas
perasaan-perasaan buruk.
Akar modern konseling psikodinamika bisa
ditelusuri dengan menengok kembali para penghipnotis abad kedelapan belas yang
tertarik dengan gagasan tentang sub-kepribadian bawah sadar dan penyebab
psikologis suatu penyakit. Gagasan
tersebut pada abad kesembilan belas mendorong bangkitnya psikoterapi yang
bertujuan mengembalikan ketidakseimbangan pikiran dengan menggunakan
metode-metode yang sekarang kita sebut sebagai hipnotis. Pada akhir abad
kesembilan belas, dua teoritikus, Freud dan Pierre Janet, seorang psikolog
secara mandiri mulai merumuskan teori-teroi pikiran yang kemudian dominan di
abad ke dua puluh.
Sigmund
Freud lahir pada 6 Maret 1856 di Freiberg, Moravia. Freud adalah putra sulung
dari pasangan Jacob dan Amalie Natashon Freud, meskipun ayahnya memiliki dua
putra lain, Emanuel dan Philip dari pernikahanya sebelumnya. Jacob dan Amalie memiliki tujuh anak lagi
selama 10 tahun namun, Sigmund tetap menjadi putra favorit ibunya. Inilah
menjadi fondasi keyakinan-diri Freud seumur hidupnya (Feist dan Feist.
2008). Sebagai seorang pemuda terpelajar
dan berpikiran serius, ia tidak memiliki keakraban dengan salah-satu
adik-adiknya. Namun dia menikmati hubungan yang hangat dan penuh pengertian
dengan ibunya, hal tersebut mendorongnya untuk mengobservasi hubungan ibu/anak
adalah hubungan yang paling sempurna dan paling bebas dari ambivalensi bila
dibandingkan dengan semua hubungan antarmanusia yang ada.
Ketika
Freud berusia satu setenngah tahun, ibunya melahirkan putra kedua, Julius,
Sigmund dipengaruhi oleh kebencian terhadap adiknya itu dan di alam bawah sadar
tertanam harapan akan kematian adiknya
itu. Ketika Julius meninggal pada usia 6 bulan. Sigmund merasa sangat bersalah
sudah menyebabkan kematian adiknya. Ketika ia mencapai usia paruh baya, dia
menyadari bahwa harapanya tidak sunguh-sungguh menjadi penyebab kematian
adiknya, dan anak- anak sering kali memiliki harapan atas kematian adiknya.
Temuan tersebut membebaskan rasa bersalah Freud dan analisis tersebut menjadi
sumbangan penting bagi perkembangan psikisnya yang kemudian.
Pada
1885 dia memutuskan untuk belajar di Paris di bawah bimbingan neurolog
Perancis, Jean-Martin Charcot. Dia mempelajari teknik hipnotis untuk merawat
hysteria. Melalui hipnotis dia menjadi yakin kepada asal-usul psikogenik dan
seksual dari simtom-simtom hysteria. Ketika menjadi mahasiswa kedokteran dia
menjalin hubungan professional dan persahabatan dengan Josef Breur. Breur
mengajarkan Freud katarsis, proses menghilangkan simtom histeria dengan
menyuruh pasien menceritakan keluhanya. Saat
menggunakan katarsis Freud secara bertahap dan eksperimentatif menemukan
teknik asosiasi bebas.
Penulis
resmi biografi Freud, Ernest Jones (1953) percaya bahwa Freud menderita
psikoneurosis berat. Peter Gay (1988) menyatakan bahwa tak lama setelah ayahnya meninggal, Freud
“berusaha membebaskan diri dari konflik oedipalnya dengan keliaran yang
ganjil”. Henry Ellenber melukiskan periode dalam hidup Freud ini sebagai
periode “penyakit kreatif”, sebuah kondisi yang dicirikan oleh depresi,
neurosis, gangguan psikosomatis, dan keasyikan mendalam dengan beberapa bentuk
aktivitas kreatif. Namun pada setiap titik usia paruh baya, Freud menderita
keraguan diri, depresi, obsesi dengan kematianya sendiri.
Aspek
penting dalam teori Freud adalah ide bahwa pengalaman traumatik itu direpresi
secara aktif. Hal itu dilihat sebagai cara untuk menciptakan alam bawah sadar.
Represi dilihat sebagai cara meninggalkan tanda-tanda pada materi yang belum
terproses di masa lalu. Freud mengajukan gagasan bahwa selama terapi pasien
akan melihat terapis sedemikian rupa hingga ia memercayai hal-hal yang terkait
dengan pengalaman pada masa lalu dengan orang lain yang penting baginya, yang
disebut transferensi.
Struktur
Kepribadian
Corey
(2013: 14-15) menjelaskan menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian
terdiri dari tiga sistim yaitu id,ego, superego. Id adalah komponen biologis,
ego adalah komponen psikologis, superego adalah komponen sosial.
Id
adalah sistim kepribadian yang orisinil. Id bekerja atas prinsip kesenangan. Id
merupakan tempat bersemayam naluri-naluri. Id kurang terorganisasi, buta,
menuntut, dan mendesak. Id tidak dapat menolerir ketegangan. Dengan diatur oleh
asas kesenangan yang diarahkan pada pengurangan tegangan, penghindaran
kesakitan, dan perolehan kesenangan. Id bersifat tak sadar, tidak logis,
amoral, dan didorong oleh suatu kepentingan yaitu memuaskan kebutuhan naluriah
dengan asas kesenangan.
Ego
memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego adalah eksekutif
dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, mengatur. Sebagai “polisi lalu
lintas” bagi id, superego, dan dunia eksternal. Ego melaksanakan sensor dan
mengendalikan kesadaran. Dengan diatur
oleh asas kenyataan, ego bersifat realistis dan berfikir logis. Ego adalah
tempat bersemayam intelegensi dan rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan
impuls buta dari id.
Superego
adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego adalah kode moral
individu yang urusanya adalah menentukan baik/buruk, benar/salah suatu
tindakan. Superego merepresentasikan hal yang ideal alih-alih hal yang riel,
dan mendorong sesuatu atas prinsip kesempurnaan. Superego merepresentasikan
nilai tradisional dan ideal masyarakat yang diajarkan orang tua kepada anak.
Superego berkaitan dengan imbalan dan hukuman. Imbalanya adalah perasaan bangga
dan mencintai diri, sedangkan hukumanya adalah perasaan berdosa dan rendah
diri.
Pandangan
Tentang Sifat Manusia
Pandangan
Freud mengenai sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,
mekanistik, dan reduksionistik. Menurut Freud, manusia dideterminasi oleh
kekuatan-kekuatan irasional, motivasi tak sadar, kebutuhan-kebutuhan, dan
dorongan-dorongan biologis, dan naluriah dan oleh peristiwa-peristiwa
psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan.
Manusia
dipandang sebagai sitim energi.dinamika keribadian terdiri dari bagaimana
energi psikis dibagikan kepada id, ego, superego. Karena energi terbatas maka
satu sistim memegang energi yang tersedia sambil emngorbankandua system yang
lainya. Tingkah laku dideterminasi oleh energi psikis ini.
Freud
menekankan peran naluri-naluri. Segenap naluri bersifat bawaan dan biologis. Freud
menekankan naluri seksual dan impuls agresif. Ia melihat tingkah laku sebagai
dideterminasi oleh hasrat memperoleh kesenangan dan menghindari kesakitan.
Manusia memiliki naluri kehidupan dan kematian. Menurutnya tujuan segenap
kehidupan adalah kematian, kehidupan tidak lain adalah jalan melingkar kearah
kematian.
Kesadaran
dan ketaksadaran
Kesadaran
bagi Freud merupakan bagian kecil dari keseluruhan jiwa manusia. Ibarat gunung
es bagian terbesarnya adalah yang berada dibawah permukaan air. Dalam hal ini
bagian terbesar jiwa manuasia adalah apa yang mengapung di bawah permukaan air
yaitu ketaksadaran. Ketaksadaran menyimpan pengalaman-pengalaman, ingatan, dan
bahan yang direpresi. Ketaksadaran bisa
mencakup : 1) mimppi-mimpi, yang merupakan representasi kebutuhan, hasrat, dan
konflik, 2) salah ucap, 3) sugesti pascahipnotik, 4) bahan-bahan yang berasal
dari teknik asosiasi bebas dan proyektif.
Kecemasan
Kecemasan adalah
kondisi tegang yang memotivasi untuk berbuat sesuatu. Kecemasan berfungsi
sebagai pengingat akan adanya ancaman bahaya, yaitu sinyal bagi ego yang akan
terus meningkat jika tindakan yang layak tidak segera diambil. Apabila tidak
dapat mengendalikan kecemasan melalui cara yang rasional maka ego akan
melakukan mekanisme pertahan ego.
Terdapat tiga macam kecemasan yaitu kecemasan
yaitu kecemasan realistis, kecemasan neurotic, dan kecemasan moral. Kecemasan
realistis adlah ketakutan terhadap dunia eksternal, dan taraf kecemasanya
sesuai dengan derajat ancaman yang ada. Kecemasan neurotic adalah ketakutan
terhadap tidak terkendalinya naluri-naluri yang menyebabkan seseorang dapat
hukuman. Kecemasa moral adalah ketakutan terhadap hati nurani sendiri. Orang
yang hati nuraninya berkembang baik cenderung berdosa jika melakukan sesuatu
yyang berlawanan dengan kode moral yang dimilikinya.
Mekanisme
pertahan ego
Mekanisme
ini digunakan untuk mengatasi kecemasan dan mencegah terlukanya ego. Mekanisme
pertahan ego memiliki dua cirri yaitu
menyangkal atau mendistorsi kenyataan dan beroperasi pada tahap tak
sadar. Beberapa bentuk mekanisme pertahan ego meliputi :
1.
Penyangkalan, “menutup mata” terhadap keberadaan kenyataan
yang mengancam. Individu menolak sejumlah aspek yang membangkitkan kecemasan.
2.
Proyeksi,mengalamatkan
sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima ego kepada orang lain.
3.
Fiksasi, artinya menjadi terpaku pada tahap-tahap
perkembangan yang lebih awal karena melangkah ke tahap selanjutnya dapat
menimbulkan kecemasan.
4.
Regresi,
adalah
melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutanya tidak
telalu besar.
5.
Rasionalisasi¸
menciptaka
alasan yang baik guna menghindari ego dari cedera.
6.
Sublimasi,
menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang lebih dapat diterima
masyarakat.
7.
Displacement,
mengarahkan energi kepada objek atau orang lain.
8.
Represi,
melupakan isi kesadaran yang traumatis atau membangkitkan kecemasan.
9.
Formasi
reaksi, melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat
tak sadar, jika perasaan yang aslinya dapat menimbulkan ancaman.
1.
Pribadi Sehat
Memiliki
mekanisme pertahanan yang baik. Maksudnya pribadi yang bisa mengorganisir
struktur kepribadiannya dengan baik dan bisa menyelaraskan antara id, ego, dan
superegonya. Dalam hal ini individu tidak mengalami pengalaman frustasi yang
berlebihan dan Ego bertindak secara rasional dalam mengambil tindakan-tindakan
untuk mengatasi kecemasan yang muncul.
2.
Pribadi Bermasalah
Memiliki
mekanisme pertahanan yang buruk. Maksudnya pribadi yang tidak bisa
mengorganisir struktur kepribadiannya dengan baik dan tidak bisa menyelaraskan
antara id, ego, dan superegonya. Ego bisa saja membiarkan dorongan-dorongan
atau menekan perasaan-perasaan seksual dengan melakukan tindakan yang irasional
dalam menghadapi kecemasan.
Tujuan
terapi psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur katakter individual
dengan jalan membuat kesadaran yang tidak disadari di dalam diri klien. Proses
terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman masa kank-kanak.
Pengalaman masa lampau direkontruksi, dibahas, dan dianalisis, dan ditafsirkan
dengan sasaran merekontruksi kepribadian. Terapi ini menekankan dimensi afektif
dari upaya ketaksadaran diketahui.
Dalam
terapi ini terapis membiarkan diri anonym serta hanya sedikit berbagi perasaan
dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis. Proyeksi
klien menjadi bahan terapi, ditafsirkan, dan dianalisis. Terapis membantu klien
dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal, dalam
menangani kecemasan secara realistis, serta dalam memperoleh kendali atas
tingkah laku yang impulsive dan irasional.
Analis sebelumnya harus mampu membangun
hubungan kerja yang baik dengan klien, kemudian banyak mendengar dan
menafsirkan. Analis berusaha mendengar dan mengetahui kapan dia harus membuat
penafsiran yang layak untuk mempercepat proses penyingkapkan hal-hal yang tidak disadari. Analis mendengarkan kesenjangan dan
pertentangan-pertentangan pada serita klien, mengartikan mimpi, dan asoisasi
bebas yang dilaporkan klien. Fungsi
utama analis adalah mengajarkan arti dari proses tersebut kepada klien sehingga
klien memperoleh pemahaman terhadap masalahnya.
Pertama-tama konselor harus membuat suatu
hubungan kerjasama dengan klien dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan
mendengarkan dan menafsirkan. Konselor memberikan perhatian kepada resistensi
atau penolakan klien. Sementara klien berbicara, konselor mendengarkan dan
memberikan penafsiran yang memadai fungsinya adalah pempercepat proses
penyadaran hal-hal yang tersimapan dalam ketidaksadaran.
Menata proses teraputik yang demikian dalam
konteks pemahaman struktur kepribadian dan psikodinamika memungkinkan konselor
merumuskan masalah klient secara yang sesungguhnya. Sebab satu fungsi sentral
konselor adalah mengajar klient mengenal makna proses ini sehingga klient dapat
memperoleh tilikan terhadap masalahnya, peningkatan kesadarannya terhadap
cara-cara mengubah dan mendapatkan kontrol yang lebih rasional terhadap
hidupnya.
Klient harus ada kemauan untuk menyanggupi
dirinya sendiri untuk melakukan proses terapi dalam jangka panjang. Setiap
pertemuan biasanya berlangsung satu jam. Setelah beberapa pertemuan tatap muka
dengan konselor, klient kemudian melakukan kegiatan asosiasi bebas, yaitu
klient mengatakan apa saja yang terlintas dalam pikiranya. Proses asosiasi
bebas ini dikenal sebagai aturan yang fundamental dalam psikoanalisa.
Selama terapi, klient maju melalui
tahapan-tahapan tertentu yaitu: pengembangan suatu hubungan dengan analisis,
mengalami krisis penyembuhan, mendapatkan tilikan terhadap pengalaman masa
lampau yang tidak disadari, pengembangan resistensi untuk memahami diri sendiri,
pengembangan hubungan transparansi dengan konselor, bekerja dengan hal-hal yang
resistensi dan tertutup, dan mengakhiri terapi.
Teknik
pada terapi pskodinamik disesuaikan untuk meningkatkan kesadaran, memperoleh pemahaman
intelektual atas tingkah laku klien. Teknik dasar psiko-analitik adalah sebagai
berikut
Asosiasi
bebas
Pada teknik ini
klien diminta untuk membersihkan pikiranya dari renungan sehri-hari dan
mengatakan apapun yang melintas dipikiranya.
Teknik asosiasi bebas adlah suatu metode untuk memanggil pengalaman masa
lampau klien dan pelepasan emosi yang berkaitan dengan suasana traumatik atau menyakitkan di masa lalu. Teknik ini
dapat disebut juga katarsis. Katarsis
mendorong klien untuk menyalurkan semua perasaan yang terpendam. Selama tahap
ini analis harus mengenali bahan-bahan
yang direpres dan dikurung dalam ketaksadaran lalu ia menafsirkan bahan
tersebut dan menyampaikannya kepada klien untuk meningkatkan pemahaman atas
yang tidak disadari klien.
Penafsiran
Penafsiran adalah
prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi, dan
transferensi. Penafsiran berfungsi untuk mendorong ego mengasimilasi bahan baru
dan mempercepat proses penyingkapan ketaksadaran.
Analisis
mimpi
Mimpi
memiliki dua taraf isi, isi laten dan isi manifest. Isi laten terdiri dari
motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, dan tidak disadari. Karena
menyakitkan dan mengancam dorongan seksual dan agresif tak sadar tang merupakan
isi laten ditranformasikan menjadi isimanifes yang lebih dapat diterima, yakni
mimpi si pemimpi.
Beberapa
kelemahan konseling psikoanalisis adalah sebagai berikut:
1.
Pendekatan ini
menghabiskan waktu dan biaya yang banyak.
2.
Pendekatan ini tidak terlalu
berguna bagi konseli lansia atau bahkan sekelompok yang bervariasi. Yang paling
banyak mendapatkan keuntungan dengan pendekatan ini adalah pira paru baya dan
wanita yang tertekan dalam hidupnya.
3.
Di luar harapan Freud,
pndekatan ini telah diklaim secara eksklusif oleh para psikiater.
4.
Pendekatan ini
berdasarkan pada banyak konsep yang tidak mudah dipahami atau dikomunikasikan.
5.
Pendekatan ini
membutuhkan ketekunan.
6.
Pendekatan ini tidak
begitu cocok dengan kebutuhan kebanyakan individu yang mencari konseling
profesional.
Beberapa
kelebihan konseling psikoanalisis adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan ini
menekankan pada pentingnya seksualitas dan alam tidak sadar dalam tingkah laku
manusia.
2. Pendekatan ini
memberikan sumbangan pada penelitian-penelitian empiris; bersifat heuristik.
3. Pendekatan ini
menyediakan dasar teoritis yang mendukung sejumlah instrumen diagnostik.
4. Pendekatan ini
tampaknya efektif bagi mereka yang menderita berbagai macam gangguan, termasuk
histeria.
5. Pendekatan ini
menekankan pentingnya tahap perkembangan pertumbuhan.






0 komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan pesan. saya harap kita bisa berteman. semoga blog ini bermanfaat, amin : )