Konseling
Person-Centered
Jones
(2011:129) manyatakan pendekatan ini diciptakan Rogers untuk membantu klien
mencapai potensi unik mereka dan menjadi pribadinya sendiri. PCC menantang
kecenderungan otoritarian dalam terapi
maupun parenting dan mendukung hak klien untuk menemukan arahnya sendiri. Palmer
(2011:301) mengtakan jika PCC didasarkan pada kepercayaan fundamental bahwa
manusia pada intinya terpercaya, sosial, dan kreatif. Meskipun terapi ini
menekankan pentingnya pengalaman individual, pada intinya terapi ini adalah
terapi relasi;mengakui saling ketergantungan dengan cara memberikan jalan
menuju komunikasi yang dalam dan bisa diterima orang lain.
Terapi Client
Centered dipelopori oleh Carl R . Rogers sebagai reaksi terhadap apa
yang disebutnya sebagai keterbatasan-keterbatasan mendasart dari psikoanalisis;
Pada hakikatnya pendekatan Client Centered merupakan cabang
khusus dari terapi Humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien
berikut dunia subjektif dan fenomenalnya.
Carl
Rogers lahir di Illionis, Amerika, anak keempat dari enam bersaudara. Ayahnya
adalah insinyur sipil dan kontraktor yang memulai bisnis kontruksi yang
sukses. Rogers tumbuh dalam lingkungan
keluarga yang bekerja keras dan Kristen-protestan yang sangat konservatif serta
nyaris fundamentalis. Rogers adalah anak pemalu yang sering diolok-olok karena
ia pemalu, pelamun dan kutu buku. Keluarganya memanggilnya “Profeso Moony”.
Rogers menganggap orang tuanya sebagai master di bidang seni yang mengontrol
penuh kasih saying dan tidak kentara.
Pada
tingkat yang lebih pribadi, Rogers berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih
riil, terbuka, dan terus tumbuh. Ia berjuang dengan tingkat kesuksesan yang
bervariasi, melawan beberapa krisis, dan kesulitan pribadi. Rogers adalah
pecampuran kompleks antara kecerdasan yang tinggi, ambisi, daya saing,kekuatan,
keringkihan, karisma, idealism, altruism, penyayang, pemalu, sensitivitas,
kehangatan, dan kemampuan menyentuh orang lain secara mendalam.
Bahkan sebagai
laki-laki tua, Rogers masih suka menyalahkan orang tuanya karena telah
membuatnya merasa tidak pantas dicintai. Sebagai seorang teoritis yang terluka,
ia dipengaruhi oleh deprivasi-deprivasi emosional awalnya untuk merancang
pendekatan konseling untuk mengatasi konflik efek deprivasi dan memenuhi
kebutuhan pertumbuhanya.
Di dalam teori ini
terdapat optimisme yang mendasar tentang kemampuan dan motivasi primer kita.
Dalam teori PCC terdapat beberapa konsep dasar meliputi:
Memberikan yang terbaik dari diri kita:
kecenderungan aktualisasi diri. Kecenderungan ini adalah proses aktif yang
merepresentasikan kecenderungan bahwa organisme untuk mengembangkan kapasitasnya,
meningkatkan, dan mereproduksi dirinya. Kecenderungan aktualisasi diri bukanlah
kekuatan rohani yang memaksa kita, melainkan disposisi dasar yang kita
pertontonkan dalam mengatur dan mendekati hubungan. Kecenderungan tersebut
merupakan kapasitas sejak lahir untuk mengklasifikasi dan mengatur pengalaman
internal dan eksternal kita dengan cara memberdayakan klien. Secara alami kita
tumbuh mendekati orang lain, lingkungan yang lebih luas dan pengalaman diri
kita mengantarkan kita menuju hal-hal positif dan membantu menghindari hal yang
negatif.
Proses penilaian organismik. Konsep
tersebut adalah sentral bagi ide tentang self riil. Proses ini merupakan proses penimbangan
pengalaman secara kontinu dan penempatan nilai pada pengalaman tersebut untuk
memuaskan organisme tersebut. Dengan bertambahnya usia prose penilaian mereka
efektif dalam membantu untuk mencapai aktualisasi diri sampai ke tingkat mampu
menyadari dan mempersepsi pengalaman yang berlangsung dalam dirinya.
Perkembangan konsep diri. Konsep diri
terbentuk pada usia dini. Kita mulai memikirkan diri kita sendir dengan istilah
“aku” sebagai objek, sebagai pribadi unik dengan beragam karakteristik. Jika
perkembangan pengetahuan diri terjadi secara lengkap seirama dengan
kecenderungan aktualisasi, yaitu saat kita mulai mengenal diri sendiri sebagai
pribadi yang sebenarnya, maka kita terus melangkah di sepanjang jalan kehidupan
yang utuh dan memuaskan.
Kondisi yang berharga. Jones
menjelaskan jka kebutuhan akan anggapan positif tanpa syarat adalah sebuah
kebutuhan yang dipelajari dan dikembangkan di masa awal bayi. Dalam banyak hal
pengalaman mereka pertepatan dengan anggapan positif dari orang lain sehingga
hal tetrsebut memenuhi kebutuhan positif mereka. Terkadang pengalaman mereka
bertentangan dengan kebutuhan akan anggapan positif dari significant others. Kondisi
berharga menonjol karena individu terlalu sering dikondisikan, diberi reward,
diperkuat, untuk perilaku yang pada kenyataanya pemutar balikan arah alamiah
dari kecenderungan mengaktualisasikan. Kondisi berharga dibagi menjadi dua
yaitu kondisi berharga yang didasarkan pada kecenderungan untuk aktualisasi dan
kondisi berharga yang didasarkan pada internalisas atau evaluasi orang lain
yang tidak mereflesikan kecenderungan aktualisasi diri.
Hubungan antara self concept dengan
organisme (actual experience) terjadi dalam dua kemungkinan, yaitu “congruence”
atau “incongruence”. Kedua kemungkinan hubungan tersebut menentukan
perkembangan kematangan, penyesuaian (adjustment), dan kesehatan mental
seseorang.
Jika self concept dan organisme
mengalami kecocokan maka hubungan tersebut disebut congruence, dan jika tidak
cocok disebut incongruence. Suasana incongruence menyebabkan seseorang mengalami
sakit mental; seperti merasa cemas, terancam, berperilaku defensif, dan
berpikir kaku.
Dengan kata lain pribadi sehat
adalah terdapatnya keseimbangan antara organisme (actual experience) dan
self sebagai hasil dari interaksi individu untuk selalu berkembang. Apabila
pengalaman-pengalaman yang dilambangkan membentuk diri / self yang
aktual dan ideal, maka pribadi yang bersangkutan tersebut berpenyesuaian baik,
matang dan dapat berfungsi sepenuhnya. Pribadi tersebut menerima seluruh
pengalaman tanpa merasakan ancaman atau kecemasan. Sedangkan pribadi yang
bermasalah adalah Adanya ketidakseimbangan/ ketidaksesuaian/ inkongruensi
antara pengalaman organismik dan self yang menyebabkan
individu merasa cemas dan mengalami malasuai. Mereka akan cenderung bertingkah
laku defensif dan cara berfikir menjadi sempit dan kaku.
Tujuan
dasar teknik ini adalah untuk mencipakan iklim kondusif bagi usaha membantu klien
menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan tujuan
terapeutik, terapis mengusahakan klien memahami hal-hal yang ada dibalik topeng
yang dikenakanya (Corey. 2013:96). Rogers menguraikan ciri orang yang bertambah
teraktualkan sebagai berikut : keterbukaan pada pengalaman, kepercayaan
terhadap organism sendiri, tempat evaluasi internal, kesediaan menjalani
proses.
Palmer
(2011: 156) menjelaskan tujuan terapi PCC difokuskan pada membantu klien lebih
dekat dengan perasaan dan proses organismic
valuing-nya. Palmer menidentifikasi enam dimensi atau tema utama tentang
tujuan dalam tulisan Rogers, termasuk skla yang dikembangkan beberapa
sejawatnya untuk mengukur perubahan proses psikoterapi. Enam tema atau dimensi
tersebut meliputi
1.
Keterbukaan terhadap pengalaman,
memungkinkan perilaku yang lebih efisien dalam arti orang memiliki medan
perceptual yang lebih luas dan mampu berperilaku lebih sering karena pilihan
daripada keharusan. Keterbukaan terhadap pengalaman meningkatkan spontanitas
dan kreativitas, karena orang tidak diikat oleh condition of worth.
2.
Rasionalitas, orang yang dekat dengan organismic experiencing-nya,
pengala-mannya cenderung rasional dalam kaitanya dengan mempertahankan dan
meningkatkan organismenya.
3.
Tanggung jawab pribadi, mengacu pada
orang yang bertanggung jawab atas perkembangan pribadinya dan bukan hanya
bertanggung jawab kepada orang lain.
4.
Self regard (penghargaan diri), orang dengan peenerimaan diri tanpa syarat
yang tinggi adalah self regard yang didasarkan pada proses organismic valuing
bukan pada pujian orang lain.
5.
Kapasitas hubungan pribadi yang baik,
dimaksudkan dengan menerima orang lain sebagai individu yang unik, menghargai
orang lain, berhubungan dengan bebas dan terbuka.
Pemahaman konselor dipusatkan pada
sikap, keterampilan, tugas serta fungsinya. Menurut Rogers, sikap yang harus
dimiliki konselor adalah kejujuran/ketulusan (kongruensi), sikap positif
yang tidak bersyarat (unconditional positive regard) dan pemahaman
empati yang akurat. Adapun keterampilan pokok yang harus dimiliki oleh konselor
adalah keterampilan mengamati tingkah laku konseli dan keterampilan
mengkomunikasikan pemahaman terhadap konseli. Dan secara umum tugas dari
konselor adalah menciptakan suasana konseling yang memfasilitasi pertumbuhan
kepribadian konseli, sedangkan fungsi dari konselor adalah sebagai fasilitator,
motivator, reflektor, dan model bagi konselinya.
Peran konselor antara lain:
a. Terapist
tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan terapi
tetapi itu dilakukan oleh klien sendiri.
b. Terapist merefleksikan
perasaan-perasaan klien sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
c. Terapist menerima individu
dengan sepenuhnya dalam keadaan atau kenyataan yang bagaimanapun.
d. Terapist memberi kebebasan
kepada klien untuk mengekspresikan perasaan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya
Jika dilihat apa yang dilakukan konselor, person
centered therapy terdiri dari empat tahap, yaitu pnciptaan hubungan
baik, pembebasan ungkapan, tercapainya insight, dan pengakhiran.
Rogers (1961) mengidentifikasi tujuh tahap diskrit perubahan dalam
konseli, masing-masing mewakili satu
langkah dari ketidaksesuaian untuk keselarasan. Hal ini dirinci sebagai berikut:
a. Tahap
pertama : Tahap ini merupakan tahap dimana konseli merasa keberatan untk mengungkapkan
dirinya,komunikasi hanya bersifat eksternal, dimana konseli tidak melihat diri
mereka sedang mengalami masalah dan menyalahkan orang lain atas kesulitan yang
timbul. Semua pengalaman ini diukur dari segi sudut pandang gagasan.
b. Tahap
kedua : Tahap ini yaitu proses komunikasi awal untuk mengekspresikan diri tanpa
adanya topic tentang diri. Tahap ini ditandai dengan kondisi bahwa meskipun
beberapa perasaan negatif mungkin sudah diakui oleh klien, pernyataan tentang
pandangan atau perasaan sering diungkapkan dengan sedikit kesadaran sifat
kontradiktif mereka. Sekali lagi, pada tahap ini, tidak mungkin bahwa konseli
akan melakukan konseling secara sukarela.
c. Tahap
ketiga : Penerimaan, Understanding, dan empati merupakan hal yang harus dicapai
untuk berpindah ke tahap empat. Pada tahap tiga konseli mulai menunjukkan
beberapa refleksi terhadap dirinya, meskipun terutama dalam hal perasaan atau
pengalaman masa lalu. Perasaan dan pikiran yang bertentangan dapat diakui. Hal
ini menunjukkan bahwa kebanyakan konseli memasuki konseling, menyadari
kebutuhan mereka akan bantuan. Sehingga tahap ini merupakan awal hubungan
terapis dan klien dalam perasaan yang secara mendasar.
d. Tahap
Keempat : Konseli memiliki kapasitas yang meningkat untuk mengalami
hal-hal here and now dan semakin menyadari perasaan tidak
nyaman pada diri mereka. Sebuah tingkat yang lebih besar mempertanyakan 'diri'
yang mungkin terjadi, khususnya dari aspek dan konstruksi yang sudah ada
(misalnya 'konsep diri'). Tahap ini konseli mulai mengekspresikan perasaannya,
pengekspresian tentang ketakuatan, ketidakpercayaan, ketidakjelasan. Validitas
dari beberapa sudut pandang ini dapat dieksplorasi. Kebanyakan inti konseling
berlangsung pada tahap ini, dan pada tahap kelima, segala perasaan dalam diri
klien mengalir dan diekspresikan dimana pengalaman dari klien mulai
didiferensiasikan.
e. Konseli
semakin mampu memiliki pengalaman, dengan kapasitas untuk bertanggung jawab
untuk banyak mengalaminya. Pandangan sebelumnya mungkin dinilai kritis, proses
yang disertai dengan kemampuan yang besar untuk mengekspresikan pengalaman di
masa sekarang (misalnya dengan marah).
f. Pada
tahap ini konseli dapat terlibat pada setiap experience moment dalam
pertemuan konseling dan mengungkapkan bagaimana perasaannya dalam cara
yang non-defensive. Ada kebebasan yang lebih besar dalam apa yang
dieksplorasi. Kini konseli dapat sepenuhnya memiliki pengalamannya. Oleh karena
itu, apa yang pernah incongruent menjadi congruent.
Sebuah konsep diri yang baru mulai muncul.
g. Pada
tahap tujuh konseli secara alami tidak lagi tunduk pada proses penolakan atau
distorsi. Ada kelonggaran dalam perasaan di mana konseli dapat menerimanya
setiap saat. Konseli mengambil tanggung jawab pribadi secara penuh untuk
pengalamannya. Konseli sepenuhnya mampu menerima dirinya sepenuhnya dalam
setiap saat.
Teknik-teknik
konseling yang dapat diterapkan, antara lain:
a.
Rapport, yaitu teknik
yang bertujuan untuk membuat pendekatan dan hubungan yang baik dengan konseli
agar selama proses terapi dapat berlangsung dengan lancar.
b.
Teknik klarifikasi, yaitu suatu
cara konselor untuk menjernihkan dan meminta konseli untuk menjelaskan hal-hal
yang dikemukakan oleh kepada konselor.
c.
Teknik refleksi, (isi dan
perasaan) yaitu usaha konselor untuk memantulkan kembali hal-hal yang telah
dikemukakan konseli (isi pembicaraan) dan memantulkan kembali perasaan-perasaan
yang ditampakkan oleh konseli.
d.
Teknik “free expression” yaitu
memberikan kebebasan kepada klien untuk berekspresi, terutama emosinya, cara
kerja teknik ini seperti cara kerja kataris.
e.
Teknik “silence”, yaitu
kesempatan yang berharga diberikan oleh terapis kepada klien untuk
mempertimbangkan dan meninjau kembali pengalaman-pengalaman dan ekspresinya
yang lampau
f.
Teknik “transference” yaitu
ketergantungan konseli kepada konselor. Hal ini dapat terjadi pada awal terapi,
tapi bukan merupakan dasar untuk kemajuan terapi. Kemungkinan transference terjadi
karena sikap konselor yang memberikan kebebasan tanpa menilai atau mengevaluasi
konseli.
Kelebihan dari pendekatan ini antara lain :
1.
dapat
Pemusatan pada klien dan bukan pada terapist.
2.
Identifikasi
dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian.
3.
Lebih
menekankan pada sikap terapi daripada teknik.
4.
Memberikan kemungkinan untuk melakukan
penelitian dan penemuan kuantitatif.
5.
Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan
afektif dalam terapi
6.
Menawarkan
perspektif yang lebih up-to-date dan optimis
7.
Klien
memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam menyelesaiakan
masalahnya
8.
Klien
merasa mereka mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka mendengarkan
dan tidak dijustifikasi
Kelemahan dari pedekatan ini antara lain :
1. Terapi berpusat pada klien
dianggap terlalu sederhana
2. Terlalu menekankan aspek afektif,
emosional, perasaan
3. Tujuan untuk setiap klien yaitu
memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit untuk menilai
individu.
4. Tidak cukup sistematik dan
lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggungjawabnya.
5. Sulit bagi therapist untuk
bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
6. Terapi menjadi tidak efektif
ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif. Mendengarkan dan bercerita saja
tidaklah cukup
7. Tidak bisa digunakan pada
penderita psikopatology yang parah
8. Minim teknik untuk membantu
klien memecahkan masalahnya






0 komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan pesan. saya harap kita bisa berteman. semoga blog ini bermanfaat, amin : )