Rabu, 07 Juni 2017

MODEL KONSELING PECON CENTERED

Konseling Person-Centered
            Jones (2011:129) manyatakan pendekatan ini diciptakan Rogers untuk membantu klien mencapai potensi unik mereka dan menjadi pribadinya sendiri. PCC menantang kecenderungan otoritarian  dalam terapi maupun parenting dan mendukung hak klien untuk menemukan arahnya sendiri. Palmer (2011:301) mengtakan jika PCC didasarkan pada kepercayaan fundamental bahwa manusia pada intinya terpercaya, sosial, dan kreatif. Meskipun terapi ini menekankan pentingnya pengalaman individual, pada intinya terapi ini adalah terapi relasi;mengakui saling ketergantungan dengan cara memberikan jalan menuju komunikasi yang dalam dan bisa diterima orang lain.
Latar Belakang
            Terapi Client Centered dipelopori oleh Carl R . Rogers sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya sebagai keterbatasan-keterbatasan mendasart dari psikoanalisis; Pada hakikatnya pendekatan Client Centered merupakan cabang khusus dari terapi Humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif dan fenomenalnya.

Pendiri/Pengembang Utama
            Carl Rogers lahir di Illionis, Amerika, anak keempat dari enam bersaudara. Ayahnya adalah insinyur sipil dan kontraktor yang memulai bisnis kontruksi yang sukses.  Rogers tumbuh dalam lingkungan keluarga yang bekerja keras dan Kristen-protestan yang sangat konservatif serta nyaris fundamentalis. Rogers adalah anak pemalu yang sering diolok-olok karena ia pemalu, pelamun dan kutu buku. Keluarganya memanggilnya “Profeso Moony”. Rogers menganggap orang tuanya sebagai master di bidang seni yang mengontrol penuh kasih saying dan tidak kentara.
            Pada tingkat yang lebih pribadi, Rogers berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih riil, terbuka, dan terus tumbuh. Ia berjuang dengan tingkat kesuksesan yang bervariasi, melawan beberapa krisis, dan kesulitan pribadi. Rogers adalah pecampuran kompleks antara kecerdasan yang tinggi, ambisi, daya saing,kekuatan, keringkihan, karisma, idealism, altruism, penyayang, pemalu, sensitivitas, kehangatan, dan kemampuan menyentuh orang lain secara mendalam.
Bahkan sebagai laki-laki tua, Rogers masih suka menyalahkan orang tuanya karena telah membuatnya merasa tidak pantas dicintai. Sebagai seorang teoritis yang terluka, ia dipengaruhi oleh deprivasi-deprivasi emosional awalnya untuk merancang pendekatan konseling untuk mengatasi konflik efek deprivasi dan memenuhi kebutuhan pertumbuhanya.
Konsep Dasar
Di dalam teori ini terdapat optimisme yang mendasar tentang kemampuan dan motivasi primer kita. Dalam teori PCC terdapat beberapa konsep dasar meliputi:
            Memberikan yang terbaik dari diri kita: kecenderungan aktualisasi diri. Kecenderungan ini adalah proses aktif yang merepresentasikan kecenderungan bahwa organisme untuk mengembangkan kapasitasnya, meningkatkan, dan mereproduksi dirinya. Kecenderungan aktualisasi diri bukanlah kekuatan rohani yang memaksa kita, melainkan disposisi dasar yang kita pertontonkan dalam mengatur dan mendekati hubungan. Kecenderungan tersebut merupakan kapasitas sejak lahir untuk mengklasifikasi dan mengatur pengalaman internal dan eksternal kita dengan cara memberdayakan klien. Secara alami kita tumbuh mendekati orang lain, lingkungan yang lebih luas dan pengalaman diri kita mengantarkan kita menuju hal-hal positif dan membantu menghindari hal yang negatif.
            Proses penilaian organismik. Konsep tersebut adalah sentral bagi ide tentang self riil.  Proses ini merupakan proses penimbangan pengalaman secara kontinu dan penempatan nilai pada pengalaman tersebut untuk memuaskan organisme tersebut. Dengan bertambahnya usia prose penilaian mereka efektif dalam membantu untuk mencapai aktualisasi diri sampai ke tingkat mampu menyadari dan mempersepsi pengalaman yang berlangsung dalam dirinya.
            Perkembangan konsep diri. Konsep diri terbentuk pada usia dini. Kita mulai memikirkan diri kita sendir dengan istilah “aku” sebagai objek, sebagai pribadi unik dengan beragam karakteristik. Jika perkembangan pengetahuan diri terjadi secara lengkap seirama dengan kecenderungan aktualisasi, yaitu saat kita mulai mengenal diri sendiri sebagai pribadi yang sebenarnya, maka kita terus melangkah di sepanjang jalan kehidupan yang utuh dan memuaskan.
            Kondisi yang berharga. Jones menjelaskan jka kebutuhan akan anggapan positif tanpa syarat adalah sebuah kebutuhan yang dipelajari dan dikembangkan di masa awal bayi. Dalam banyak hal pengalaman mereka pertepatan dengan anggapan positif dari orang lain sehingga hal tetrsebut memenuhi kebutuhan positif mereka. Terkadang pengalaman mereka bertentangan dengan kebutuhan akan anggapan positif dari significant others. Kondisi berharga menonjol karena individu terlalu sering dikondisikan, diberi reward, diperkuat, untuk perilaku yang pada kenyataanya pemutar balikan arah alamiah dari kecenderungan mengaktualisasikan. Kondisi berharga dibagi menjadi dua yaitu kondisi berharga yang didasarkan pada kecenderungan untuk aktualisasi dan kondisi berharga yang didasarkan pada internalisas atau evaluasi orang lain yang tidak mereflesikan kecenderungan aktualisasi diri.
Ansumsi  Tingkah Laku Sehat dan Bermasalah
Hubungan antara self concept dengan organisme (actual experience) terjadi dalam dua kemungkinan, yaitu “congruence” atau “incongruence”. Kedua kemungkinan hubungan tersebut menentukan perkembangan kematangan, penyesuaian (adjustment), dan kesehatan mental seseorang.
Jika self concept dan organisme mengalami kecocokan maka hubungan tersebut disebut congruence, dan jika tidak cocok disebut incongruence. Suasana incongruence menyebabkan seseorang mengalami sakit mental; seperti merasa cemas, terancam, berperilaku defensif, dan berpikir kaku.
Dengan kata lain pribadi sehat adalah terdapatnya keseimbangan antara organisme (actual experience) dan self sebagai hasil dari interaksi individu untuk selalu berkembang. Apabila pengalaman-pengalaman yang dilambangkan membentuk diri / self  yang aktual dan ideal, maka pribadi yang bersangkutan tersebut berpenyesuaian baik, matang dan dapat berfungsi sepenuhnya. Pribadi tersebut menerima seluruh pengalaman tanpa merasakan ancaman atau kecemasan. Sedangkan pribadi yang bermasalah adalah Adanya ketidakseimbangan/ ketidaksesuaian/ inkongruensi antara pengalaman organismik dan self yang menyebabkan individu merasa cemas dan mengalami malasuai. Mereka akan cenderung bertingkah laku defensif dan cara berfikir menjadi sempit dan kaku.

Hakikat dan Tujuan Konseling
            Tujuan dasar teknik ini adalah untuk mencipakan iklim kondusif bagi usaha membantu klien menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan tujuan terapeutik, terapis mengusahakan klien memahami hal-hal yang ada dibalik topeng yang dikenakanya (Corey. 2013:96). Rogers menguraikan ciri orang yang bertambah teraktualkan sebagai berikut : keterbukaan pada pengalaman, kepercayaan terhadap organism sendiri, tempat evaluasi internal, kesediaan menjalani proses.
            Palmer (2011: 156) menjelaskan tujuan terapi PCC difokuskan pada membantu klien lebih dekat dengan perasaan dan proses organismic valuing-nya. Palmer menidentifikasi enam dimensi atau tema utama tentang tujuan dalam tulisan Rogers, termasuk skla yang dikembangkan beberapa sejawatnya untuk mengukur perubahan proses psikoterapi. Enam tema atau dimensi tersebut meliputi
1.        Keterbukaan terhadap pengalaman, memungkinkan perilaku yang lebih efisien dalam arti orang memiliki medan perceptual yang lebih luas dan mampu berperilaku lebih sering karena pilihan daripada keharusan. Keterbukaan terhadap pengalaman meningkatkan spontanitas dan kreativitas, karena orang tidak diikat oleh condition of worth.
2.        Rasionalitas, orang yang dekat dengan organismic experiencing-nya, pengala-mannya cenderung rasional dalam kaitanya dengan mempertahankan dan meningkatkan organismenya.
3.        Tanggung jawab pribadi, mengacu pada orang yang bertanggung jawab atas perkembangan pribadinya dan bukan hanya bertanggung jawab kepada orang lain.
4.        Self regard (penghargaan diri),  orang dengan peenerimaan diri tanpa syarat yang tinggi adalah self regard yang didasarkan pada proses organismic valuing bukan pada pujian orang lain.
5.        Kapasitas hubungan pribadi yang baik, dimaksudkan dengan menerima orang lain sebagai individu yang unik, menghargai orang lain, berhubungan dengan bebas dan terbuka.
Peran dan Fungsi Konselor
Pemahaman konselor dipusatkan pada sikap, keterampilan, tugas serta fungsinya. Menurut Rogers, sikap yang harus dimiliki konselor adalah kejujuran/ketulusan (kongruensi), sikap positif yang tidak bersyarat (unconditional positive regard) dan pemahaman empati yang akurat. Adapun keterampilan pokok yang harus dimiliki oleh konselor adalah keterampilan mengamati tingkah laku konseli dan keterampilan mengkomunikasikan pemahaman terhadap konseli. Dan secara umum tugas dari konselor adalah menciptakan suasana konseling yang memfasilitasi pertumbuhan kepribadian konseli, sedangkan fungsi dari konselor adalah sebagai fasilitator, motivator, reflektor, dan model bagi konselinya.
Peran konselor antara lain:
a.       Terapist  tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan terapi tetapi itu dilakukan oleh klien sendiri.
b.      Terapist merefleksikan perasaan-perasaan klien sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
c.       Terapist menerima individu dengan sepenuhnya dalam keadaan atau kenyataan yang bagaimanapun.
d.      Terapist memberi kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya

Tahap-Tahap Konseling
                 Jika dilihat apa yang dilakukan konselor, person centered therapy terdiri dari empat tahap, yaitu pnciptaan hubungan baik, pembebasan ungkapan, tercapainya insight, dan pengakhiran. Rogers (1961) mengidentifikasi tujuh tahap diskrit perubahan dalam konseli, masing-masing mewakili satu langkah dari ketidaksesuaian untuk keselarasan. Hal ini dirinci sebagai berikut:
a.       Tahap pertama : Tahap ini merupakan tahap dimana konseli merasa keberatan untk mengungkapkan dirinya,komunikasi hanya bersifat eksternal, dimana konseli tidak melihat diri mereka sedang mengalami masalah dan menyalahkan orang lain atas kesulitan yang timbul. Semua pengalaman ini diukur dari segi sudut pandang gagasan.
b.      Tahap kedua : Tahap ini yaitu proses komunikasi awal untuk mengekspresikan diri tanpa adanya topic tentang diri. Tahap ini ditandai dengan kondisi bahwa meskipun beberapa perasaan negatif mungkin sudah diakui oleh klien, pernyataan tentang pandangan atau perasaan sering diungkapkan dengan sedikit kesadaran sifat kontradiktif mereka. Sekali lagi, pada tahap ini, tidak mungkin bahwa konseli akan melakukan konseling secara sukarela.
c.       Tahap ketiga : Penerimaan, Understanding, dan empati merupakan hal yang harus dicapai untuk berpindah ke tahap empat. Pada tahap tiga konseli mulai menunjukkan beberapa refleksi terhadap dirinya, meskipun terutama dalam hal perasaan atau pengalaman masa lalu. Perasaan dan pikiran yang bertentangan dapat diakui. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan konseli memasuki konseling, menyadari kebutuhan mereka akan bantuan. Sehingga tahap ini merupakan awal hubungan terapis dan klien dalam perasaan yang secara mendasar.
d.      Tahap Keempat : Konseli memiliki kapasitas yang meningkat untuk mengalami hal-hal here and now dan semakin menyadari perasaan tidak nyaman pada diri mereka. Sebuah tingkat yang lebih besar mempertanyakan 'diri' yang mungkin terjadi, khususnya dari aspek dan konstruksi yang sudah ada (misalnya 'konsep diri'). Tahap ini konseli mulai mengekspresikan perasaannya, pengekspresian tentang ketakuatan, ketidakpercayaan, ketidakjelasan. Validitas dari beberapa sudut pandang ini dapat dieksplorasi. Kebanyakan inti konseling berlangsung pada tahap ini, dan pada tahap kelima, segala perasaan dalam diri klien mengalir dan diekspresikan dimana pengalaman dari klien mulai didiferensiasikan.
e.       Konseli semakin mampu memiliki pengalaman, dengan kapasitas untuk bertanggung jawab untuk banyak mengalaminya. Pandangan sebelumnya mungkin dinilai kritis, proses yang disertai dengan kemampuan yang besar untuk mengekspresikan pengalaman di masa sekarang (misalnya dengan marah).
f.       Pada tahap ini konseli dapat terlibat pada setiap experience moment dalam pertemuan konseling dan mengungkapkan bagaimana perasaannya dalam cara yang non-defensive. Ada kebebasan yang lebih besar dalam apa yang dieksplorasi. Kini konseli dapat sepenuhnya memiliki pengalamannya. Oleh karena itu, apa yang pernah incongruent menjadi congruent. Sebuah konsep diri yang baru mulai muncul.
g.      Pada tahap tujuh konseli secara alami tidak lagi tunduk pada proses penolakan atau distorsi. Ada kelonggaran dalam perasaan di mana konseli dapat menerimanya setiap saat. Konseli mengambil tanggung jawab pribadi secara penuh untuk pengalamannya. Konseli sepenuhnya mampu menerima dirinya sepenuhnya dalam setiap saat.

Teknik Spesifik Konseling
Teknik-teknik konseling yang dapat diterapkan, antara lain:
a.       Rapport, yaitu teknik yang bertujuan untuk membuat pendekatan dan hubungan yang baik dengan konseli agar selama proses terapi dapat berlangsung dengan lancar.
b.      Teknik klarifikasi, yaitu suatu cara konselor untuk menjernihkan dan meminta konseli untuk menjelaskan hal-hal yang dikemukakan oleh kepada konselor.
c.       Teknik refleksi, (isi dan perasaan) yaitu usaha konselor untuk memantulkan kembali hal-hal yang telah dikemukakan konseli (isi pembicaraan) dan memantulkan kembali perasaan-perasaan yang ditampakkan oleh konseli.
d.      Teknik “free expression” yaitu memberikan kebebasan kepada klien untuk berekspresi, terutama emosinya, cara kerja teknik ini seperti cara kerja kataris.
e.       Teknik “silence”, yaitu kesempatan yang berharga diberikan oleh terapis kepada klien untuk mempertimbangkan dan meninjau kembali pengalaman-pengalaman dan ekspresinya yang lampau
f.       Teknik “transference” yaitu ketergantungan konseli kepada konselor. Hal ini dapat terjadi pada awal terapi, tapi bukan merupakan dasar untuk kemajuan terapi. Kemungkinan transference terjadi karena sikap konselor yang memberikan kebebasan tanpa menilai atau mengevaluasi konseli.

Kelemahan dan Kelebihan
Kelebihan dari pendekatan ini antara lain :
1.        dapat Pemusatan pada klien dan bukan pada terapist.
2.        Identifikasi dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian.
3.        Lebih menekankan pada sikap terapi daripada teknik.
4.        Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
5.        Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi
6.        Menawarkan perspektif yang lebih up-to-date dan optimis
7.        Klien memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam menyelesaiakan masalahnya
8.        Klien merasa mereka mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka mendengarkan dan tidak dijustifikasi
Kelemahan dari pedekatan ini antara lain :
1.       Terapi berpusat pada klien dianggap terlalu sederhana
2.       Terlalu menekankan aspek afektif, emosional, perasaan
3.       Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit untuk menilai individu.
4.       Tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggungjawabnya.
5.       Sulit bagi therapist untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
6.       Terapi  menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif. Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah cukup
7.       Tidak bisa digunakan pada penderita psikopatology yang parah

8.       Minim teknik untuk membantu klien memecahkan masalahnya

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan pesan. saya harap kita bisa berteman. semoga blog ini bermanfaat, amin : )